"Hah sial!! Lagi-lagi ada yang mendekati gadisku."
Gery berjalan menuju kamar Lee sambil terus mengumpat.
Gery berjalan menuju kamar Lee sambil terus mengumpat.
"Ada apa denganmu Ger? tenanglah sedikit." ucap Lee
Gery pun bercerita bahwa baru saja ia berkelahi dengan seseorang.
Lee menoleh ke arah sahabatnya itu dan ia menunjukan ekspresi kecewanya, "Bukankah sudah ku bilang untuk berterus terang kepadanya, Ger?"
Gery menggaruk kepalanya dan tersipu malu.
kisah itu berawal dari perkenalan Gery dengan seorang gadis cantik 3 bulan lalu.
Gery sangat menyukai gadis itu, sejak pertama melihatnya, ia langsung terpesona, seperti panah cupid telah mendarat di hatinya.
Gery selalu mencari tahu tentang gadis itu, tak jarang Gery meluangkan waktunya untuk mengikuti gadis pujaannya itu, namun sayang Gery belum cukup berani untuk menyatakan perasaannya kepada gadis cantik itu.
"Aku bingung pada dunia ini, mengapa banyak sekali orang yang mau merebutnya! Dia milikku Lee". Gery terus bercerita pada sahabatnya itu.
Lee adalah teman dekat Gery, Lee selalu menasehati temannya itu untuk memberanikan diri menyatakan perasaan kepada pujaannya tetapi Gery selalu memiliki seribu alasan untuk membantah Lee.
Lee mulai mengacuhkan celotehan temannya itu, ia memandang serius layar komputernya yang tengah menunjukan sebuah berita tentang pembunuhan berantai.
"Hai Lee? Apa kau mulai tidak memedulikanku? Aku sedang bicara padamu!" ucap Gery.
"Sebenarnya apa yang kau kerjakan?" Gery mendekati layar komputer Lee, ia mencoba mencari tahu apa yang membuat Lee mengacuhkannya.
"Hah menyebalkan!! dasar kau sandal tua!!!" Gery bergegas pergi dengan wajah kesalnya.
Gery menyusuri gang-gang menuju rumahnya, ia terus memikirkan gadisnya, ia memutuskan untuk sedikit memutar arah pulangnya untuk sekedar melihat keadaan gadisnya.
Gery melangkah menuju sebuah gang di ujung komplek perumahannya, samar-samar ia mendengar tawa khas seorang gadis yang tak asing untuknya.
Gery mengendap-endap dari balik dinding tikungan yang menjadi batas dirinya dengan rumah pujaannya, ia mengintip dan terlihat seorang gadis tengah bercengkrama dengan seorang pria, dan mereka tampak sangat bersenang-senang.
"Huh, laki-laki itu pantang menyerah!" Gery menggerutu.
Gery melangkah menjauhi dua sejoli itu, ia berniat kembali menuju kediaman Lee, namun saat ia sampai disana, ia tak dapat menemukan sahabatnya itu.
Rumah Lee tampak kosong, Gery pun akhirnya memutuskan untuk pulang.
Gery masih dalam rasa kesalnya yang teramat dalam, "Sudah empat orang,dan kini ada satu orang lagi yang berusaha merebut gadisku!" Ia melangkahkankah kakinya semakin cepat.
Untuk beberapa saat ia merogoh kantong jaketnya, mencari sebuah pematik dan sebatang rokok. Gery menyalakan rokoknya, ia berhenti sebentar di bawah lampu remang-remang yang berjarak cukup dekat dari rumahnya.
Gery menghisap panjang rokoknya, terlihat bara merah menyala dan membakar cepat tembakau yang tergulung kertas, tak lama terlihat kepulan panjang asap keputusasaan keluar dari bibir pemuda itu.
.
Gery terus menikmati rokoknya, namun sebuah suara mengganggunya, ia mengikuti arah suara itu berasal.
Di sebuah kegelapan ia samar-samar melihat sesuatu bertelinga panjang, rasa penasaran Gery menuntunnya untuk mendekati sosok itu.
Gery mendekat, ia kini melihat sosok badut dalam kegelapan itu, seperti ada sesuatu yang tengah dikerjakan oleh sosok itu.
"Krekk".
Gery menginjak sebuah ranting, tiba-tiba tubuh badut itu menegang, badut itu segera berlari menjauh tanpa menoleh.
Gery yang masih kebingungan mendekati kegelapan yang diperhatikannya sedari tadi itu, ia terkejut saat melihat sepasang potongan kaki yang tergeletak, Gery bergidik, ia merasa sangat ketakutan dan ia pun berlari menuju kediamannya.
.
Seminggu setelah kejadian itu,Gery berniat menceritakan kejadian mengerikan itu kepada sahabatnya.
Gery bergegas menemui Lee, dan seperti biasa Gery menemukan Lee berada di depan layar komputernya.
"Lee, kau tahu? Aku baru saja menyaksikan pembuhanan!!" ucap Gery dengan nafas yang tak beraturan
Lee menoleh, terpasang ekspresi bingung pada wajahnya, "Benarkah Gery? Apa kau melihat wajah orang itu?" tanya Lee serius.
"Sepertinya kau tertarik Tapi sayang aku tak melihat wajahnya karna ia memakai kostum badut" Gery merebahkan tubuhnya pada sofa di hadapan Lee.
Gery meneruskan ceritanya, ia berkata bahwa ia curiga kepada gadis pujaannya, karna korban pembunahan berantai itu adalah pria-pria yang mendekati pujaannya itu.
"Entahlah Lee rasanya aku sedikit takut sekarang."
"Berhentilah berpikiran bodoh Ger,kau tetap menyukainya kan?"
"Iya tentu, aku tidak bilang aku tidak menyukainya kan? lagi pula aku bilang aku hanya curiga kan?".
Lee mendekati Gery, ia memegang bahu sahabatnya itu, ia berkata agar Gery terus berusaha untuk mendapatkan pujaannya itu.
Gery menunduk, "Tapi Lee, terlalu banyak yang menyukainya, dan baru saja aku lihat ia tengah makan es krim bersama seorang pria".
Lee tersenyum, ia terus menyemangati sahabatnya itu, ia tak ingin melihat sahabatnya sedih.
.
Gery menghabiskan siang harinya di kediaman Lee, mereka bercengkrama seperti obrolan para pria bujang lainnya, mereka juga bermain game bersama hingga jingga membanjiri langit.
Gery berpamitan untuk pulang, kini wajahnya tidak sesedih saat ia datang, Gery terlihat terhibur dan ia pun berangsur pergi meninggalka kediaman Lee.
Gery berjalan pulang menuju rumahnya, ia merasa sangat beruntung memiliki sahabat seperti Lee, dan saat ia sampai di kamarnya ia merasa sedikit lapar, ia memutuskan untuk membersihkan diri sebelum kembali pergi keluar untuk membeli makanan.
.
Langit sudah gelap, sepertinya hujan akan turun, Gery keluar dari rumahnya dan menuju mini market yang berada cukup jauh dari rumahnya.
Gery menyusuri jalanan dengan pencahayaan minim, ia mempercepat langkahnya karna pikiran aneh mengenai pembunuh berdarah dingin yang mulai memenuhi kepalanya.
"Brakk!!!"
Langkah Gery terhenti, jantungnya berdegup kencang tak beraturan, tubuhnya gemetar, ia memberanikan diri menoleh ke arah suara itu.
Lagi-lagi Gery melihat badut pembunuh itu, namun kali ini ia dapat melihat langsung korban si badut, sepertinya badut itu tengah berkelahi.
Gery melangkah mendekati badut itu, ia menyergap tubuh badut itu dari belakang, korban yang sudah berlumuran darah pun bangkit dan membantu Gery menghajar badut itu.
Badut itu terus melakukan perlawanan, ia memainkan pisau di tangannya dengan sangat lincah hingga pisau itu menusuk lengan kiri korbannya.
Melihat itu, Gery semakin erat membekap tubuh badut itu, tangan kiri Gery merayap mencari sesuatu untuk menyerang si badut. Dan...
"Brakkk!!!" Sebuah balok kayu mendarat di bahu badut itu.
Korban si badut bergegas merebut pisaunya, tanpa membuang waktu ia langsung menghunuskan piasu belati itu ke jantung si badut dengan sekuat tenaga.
Tubuh badut itu melemas, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah. Melihat itu si korban langsung melarikan diru namun tidak dengan Gery.
Ia mendengarkan dengan seksama rintihan kesakitan si badut, darah masih mengucur deras dari balik kostum si badut dan Gery memberanikan diri untuk membuka topeng yang menutupi wajah pembunuh itu.
Gery terkejut, matanya berlinang, ia memeluk erat tubuh si badut yang sekarat itu, Gery terus menangis, "Maafkan aku sobat" isaknya
"Tidak Ger, aku yang minta maaf, kali ini aku tidak berhasil dan mungkin aku tidak dapat membantumu lagi" Lee berbisik dan desah nafasnya pun mengilang.
----------------------------------------------------------
Sumber : Creepypasta Indonesia on Facebook
Penulis : Yogga
Stay and Wait More :)
0 Response to "The Clown"
Post a Comment